Posts

Showing posts from 2017

Your Door

Have i knocked your door? And u open it? You're right. Maybe, i can't go, moreover dissapear. I can't even stop see you on your social media. When you are online and offline. I also often scrolling our conversation. That's why i remember what have you said. When i asked you "how if i suddenly go? What will you do?" And u said that you are not sure if I'll go because, I can't even take a day without showing up. Have i knocked your door, And you open it? Can you feel my presence? Am I already there, And can stay for a long time? About your past, Maybe i still learn to accept it. I still learn how the way you smiling because it. How you are so interested when i start to discuss. I'm just afraid about something. Something that make me feel like you are still waiting her. I don't even know what will happen. But, if she can touch your heart. I'll do the same with different ways. If she can knock your door in your pas

Kepepet

Well hello people~~~~~ Gue mau bercerita sedikit. Btw ini bukan skinnyfabs ya... oh iya buat kalian yang gak tau skinnyfabs, jadi dia tuh abang abang yang ngecover lagunya Rich Chigga ke instagram kemudian, karena banyak yang request buat ngecover full, jadinya dia melanjutkan untuk bikin full terus diposting ke  YouTube yang masih ada hubungan darah sama si YouSup*eh* dan akhirnyaaaaaa dia booming sampai sekarang, meskipun yang gue tangkep yaa *kalo yang gaketangkep sih gue gatau juga, dia itu booming karena videonya yang berjudul... Jeng jeng jenggggg!!! Suara dibalik Soal Ujian Listening *ala ala Doraemon* Sekian pembahasan singkat tentang abang abang mirip HarPot yang sedang booming itu. Btw kalo ada yang belum tau gue, kenalin... Nama gue mawar. Nama panjang gue... Mawar Melati Semuanya Indah~ *pake nada* hehe Gue itu anak kedua. Kalo kedua berarti bukan pertama ya? Yagitu deh dikeduain mulu. *eh hehe efek jomblo selama 18 tahun XD Gue adalah seorang mahasiswi semeste

Perasa

Ketukan pintu. Desiran angin. Dingin. Suara tapak kaki. Denting jam dinding. Hujan deras. Senyap. Kendaraan kesana kemari. Meratapi diri. Aku tidak patah hati. . Dua minggu berlalu. . “Masih lama?” Tetap senyap. Tak ada angin. Bagai abu-abu. Hampir lupa. Ada yang menungguku. Mengikuti langkah. Satu meter di belakang. Masih senyap. Kucium harum. Ternyata bunga-bunga bermekaran, Di kepala. Ku lihat lurus. Tetap ada punggung. Menunduk. Terulas senyum, Di wajahku. . Angin menerpa wajah. Hening dirasakan. Melihat langit. Pukul 5 kira-kira. Jemari yang malu. Dingin. Ku pegang baju. Diam-diam. Hanya dengan tiga jari. Agar kau tak tahu. . Jalan yang lengang. Bunyi mesin. Jalan layang. Senja bergeming. Mesin melambat. Kulihat, Masih ada pundak. Lega rasanya. Tak pernah ku berpaling. Senja selalu indah. Tuk dinikmati. Sesekali, Si pemilik pundak. Ikut serta. Untung saja. Ia hanya terpaku pada senja. Kalau ia menyadari. Ahh aku sangat bers

Pesan dari Hati

Saya selalu percaya bahwa Tuhan telah menuliskan semuanya. Memiliki keluarga. Dosen dan teman-teman baru. Bertemu kembali dengan peliharaan yang sudah setahun tak bersama. Bertabrakan dengan seseorang lalu saling meminta maaf. Makan bareng teman satu geng dulu. Jalan berpuluh-puluh kilo meter dengan teman baru. Mengobrol bersama perempuan asing di depan bank Tak sengaja bertemu teman lama di toko buku. Berpapasan dan tak saling menyapa. Beradu pandang kemudian melemparkan senyum. Hanya sekedar tahu dari media social. Chatting dan tak pernah berbicara langsung. Semua sudah dituliskan-Nya jauh-jauh hari. Jauh sekali, sampai saya seperti ini. Dimana saya waktu itu hanya mengenal keluarga sebagai salah satu bagian dari kepemilikan saya. Jauh dari bayangan. Sampai saya harus belajar mengikhlaskan sesuatu. Seperti teman-teman lama yang sudah saya anggap keluarga kedua, bagian dari kepemilikan saya juga. Lalu nyatanya pun harus berpisah. Karena kehidupan bukan hanya sekeda

Sang Penikmat yang Patah Hati?

Aku berada di suatu jalan sore itu. Hujan turun rintik-rintik lalu kemudian lebih deras. Hari itu matahari sedang bersiap untuk istirahat, maka langitnya pun dibuat indah. Warnanya jingga ke-ungu-an. “Mau pakai payung?” katanya. “Tidak usah” jawabku. Ini hari kedua aku menolak memakai payung. Beberapa minggu lalu juga, aku memilih kebasahan di tengah jalan ketika ingin pulang. Kapan lagi? Rasanya dulu waktu kecil aku tak pernah mencoba untuk mandi hujan. Bukan karena takut dimarahi mama, hanya waktu yang tak memungkinkan saja, setiap hujan pasti sedang di rumah. Satu jam kira-kira waktu untuk sampai ke rumah. Senangnya pulang saat matahari terbenam itu, langitnya indah. Seperti sedang melihat lukisan, tapi yang ini tampak nyata. Aku sudah melukismu (langit) di sore ini dalam ingatanku kataku dalam hati. Tak peduli lengan kemejaku yang sudah lepek ataupun tubuhku yang sudah menggigil. Tak peduli dengan pengendara lain yang memakai jas hujan sedangkan ku layaknya kucing kecil yang

Dua Orang yang berbeda : Semiliar Perbedaan

Seiring waktu semakin sering berkabar. Membicarakan sesuatu mulai dari Anime, kampus, sampai kebiasaan. Kalau saja kamu sadar. Kita itu similar. Yaa... Bukan berarti tak punya perbedaan. Tak hanya satu ataupun dua, tapi se-mi-li-ar. Oleh karena itu, saya namakan semiliar perbedaan. Namanya juga dua orang berbeda yang awalnya saling tak kenal. Kalau yang satunya tak berusaha mencari yang satunya lagi tak akan sadar. Kalau yang satunya tak berusaha mengabari percakapan pun tak akan dimulai. Semakin kesini saya rasa biarkanlah urusan diri sendiri dan kesadaran. Dan biarkanlah kamu saya jadikan motivasi disetiap perjalanan. Perjalanan yang saya maksud adalah kehidupan saya yang sekarang. Bukan masa yang lalu ataupun masa sebelum kamu datang. Kata saya juga bagai mencari jarum ditumpukan jerami. Tidak tahu awalnya hanya iseng memperhatikanmu dua bulan lalu. Eh malah sampai sekarang ini. Jangan sampai kamu tak ingat saya lagi. Jangan sampai hanya nama saya yang kamu ketahu

Dua Orang yang Berbeda : Datang Juga

Beberapa hari selanjutnya saya menyapamu lewat pesan. Saya bilang "Follback kak" saya berusaha untuk sopan. Tapi tak kunjung ada jawaban. Dibaca pun tidak, berarti kamu ngga ada di sana kan? Dua minggu kemudian kamu balas pesan saya. Akhirnya kamu datang jua.. Ahhh bikin saya senang saja. Padahal waktu kamu membalas kita ada diacara yang sama. Tapi saya tahu kamu ngga akan ingat, ya... Tetap saja saya mencoba mengingatkanmu, ternyata... Benar saja. Katamu hanya ingat nama saya. Ah yasudah lah.

Dua Orang yang Berbeda : We Met

Kali itu untuk pertama kalinya saya seperti menonton konser bersama seorang lelaki. Tidak tahu, melihatnya seperti ada yang berbeda dihati. Malam itu saya beranikan saja untuk basa basi. Berhubung ada kesempatan ini. Daripada tidak sama sekali. Dan saya takut saya akan menyesali. Jadi, saya mulai menyapa kamu yang sudah di samping saya sedari tadi. Tapi sayang sekali. Awalnya saya pikir kamu akan ingat saya sehabis ini. Padahal jelas-jelas malam itu kamu membalas dengan ramah sekali. Ahhhh memang belum waktunya berkenalan denganmu kali... Tapi tak apa, tak ada yang percuma apalagi untuk hal ini. Pasti saya akan mengajakmu berkenalan lain kali.

Serupa Tapi Tak Sama

Penyuka diam bukan berarti anti sosial.  Penyuka diam bukan berarti tak memiliki teman.  Penyuka diam bukan yang melulu merasa kesepian. Lantas kalau kamu sama sepertiku.  Mengapa kamu lebih memilih 2PM dibanding 2AM ?  Kalau ditanya "Apakah kamu sedang mencoba mengerti?" Ya, aku mencobanya.   Kalau kamu bilang kamu akan berjuang ...  Baiklah, akan ku tunggu.  Tetapi kalau kamu hanya membutuhkanku saat kau butuh.  Apakah perlu ku tanya lagi maumu apa?

6.22 PM - Senja #2

Image
 “Hal apa yang kamu sukai?”  - Jam dinding bertanya.  “Banyak sekali.” jawab si gadis kecil sambil bermain game di ponselnya. “Sebutkanlah aku ingin tahu itu.”  “Kenapa kau ingin mengetahuinya?” tanya gadis itu. “Sebab kau tidak pernah pindah dari ruangan ini.”  jawab si jam dinding.  “Apa kau bosan melihatku?”  “Tidak!! Tidak sama sekali.”  jawab si jam dinding  “... Aku menyukai keberadaanmu. Aku senang kau selalu menatapku saat kau bangun tidur atau ... saat kau sedang terburu-buru. Berkatmu aku tidak merasa terabaikan.” –jawabnya lagi. Si gadis kecil terdiam kemudian ia menaruh ponselnya. “Kau ingin tahu mengapa aku tidak pernah beranjak dari ruangan ini?”  tanya si gadis kecil sambil melihat keluar jendela. “Iya.”  “Aku menyukainya. langit itu ... Aku menyukai langit itu dari sebelah sini. Apa kau melihatnya juga?”  “Iya. Aku melihatnya.” jawab si jam dinding sambil menatap langit. “Lalu ... Aku pun menyukai dinding kamarku yang sudah ku hias, foto-foto yang terpajang, tempat

Serigala di dalam Kamarku / Wolves in My Room #1

Image
Hiduplah seorang anak perempuan yang takut kegelapan. Ia selalu menghabiskan harinya di dalam kamar. Kamar adalah tempat yang paling aman .. Itulah yang selalu ia pikirkan. Menurutnya tidak ada yang lebih indah selain kamar dan senja yang ia lihat dari jendela kamarnya. Benar. Ia menyukai senja. Bersyukur sekali Tuhan menciptakan langit seindah itu. Sayangnya, mungkin tidak banyak yang menyadari itu. Sejak kecil ia selalu menganggap rumah adalah lingkaran dimana ia bisa melakukan apapun, itulah sebabnya sampai saat ini ia sangat mencintai lingkaran (family/home) itu. Berharap tidak ada yang bisa merubahnya, berharap yang ia lihat takkan pernah hilang.   Meskipun ada masa dimana ia harus keluar dari lingkarannya. Mencoba di lingkaran baru .. sampai waktu dimana ia harus mencari lingkaran kedua untuk menetap. Suatu hari ketika hendak tidur ia mematikan lampu kamarnya. Ia pun terlelap. TETAPI ... Tiba-tiba keluar seekor serigala yang mengejar dan berusaha memakannya  di da

Aku Sudah Tahu

Jangan malu. Kalau kamu memang tidak suka diajak berkenalan.. Jangan ragu untuk melihat kesini. Karena sebentar lagi aku tidak akan tersenyum malu memandangmu. Jangan canggung saat mengetahui keberadaanku. Kalau mau menyapa. Silahkan. Aku berkenan. Jangan mengintip saja. Jangan sampai menyesal. Aku tidak tanggung jawab. Pergilah ke kantin setap hari. Sebab aku sulit mencarimu. Kalau tidak percaya, tunggu saja di depan kelas esok. Atau, pergilah ke ruang OSIS setiap hari.