Perasa

Ketukan pintu.
Desiran angin.
Dingin.
Suara tapak kaki.
Denting jam dinding.
Hujan deras.
Senyap.
Kendaraan kesana kemari.
Meratapi diri.
Aku tidak patah hati.
.
Dua minggu berlalu.
.
“Masih lama?”
Tetap senyap.
Tak ada angin.
Bagai abu-abu.
Hampir lupa.
Ada yang menungguku.
Mengikuti langkah.
Satu meter di belakang.
Masih senyap.
Kucium harum.
Ternyata bunga-bunga bermekaran,
Di kepala.
Ku lihat lurus.
Tetap ada punggung.
Menunduk.
Terulas senyum,
Di wajahku.
.
Angin menerpa wajah.
Hening dirasakan.
Melihat langit.
Pukul 5 kira-kira.
Jemari yang malu.
Dingin.
Ku pegang baju.
Diam-diam.
Hanya dengan tiga jari.
Agar kau tak tahu.
.
Jalan yang lengang.
Bunyi mesin.
Jalan layang.
Senja bergeming.
Mesin melambat.
Kulihat,
Masih ada pundak.
Lega rasanya.
Tak pernah ku berpaling.
Senja selalu indah.
Tuk dinikmati.
Sesekali, Si pemilik pundak.
Ikut serta.
Untung saja.
Ia hanya terpaku pada senja.
Kalau ia menyadari.
Ahh aku sangat bersyukur.
Kala itu,
Senja menyinari ;
Wajahku yang terpana,
Dan pundakmu.
Yang menandakan kau ada di sana.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Dasar Profesi Kependidikan

Taman Cattleya: Tempat yang Nyaman untuk Bersantai

Serigala di dalam Kamarku / Wolves in My Room #1

Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam

Maybe Just Me, They Didn't