Satu yang Terlewatkan Olehku

Hampir 10 tahun nggak ketemu. Kamu pun sudah nggak ingat saya. Pernah saya coba menghubungimu 2 tahun lalu. Saya pun memperkenalkan diri lagi. Sempat saya lihat beberapa postinganmu. Ada fotomu sedang bersama kekasihmu dan fotomu bersama teman-temanmu. Senyummu yang mengembang. Saya pikir hidupmu sedang bahagia-bahagianya dengan teman-temanmu yang sekarang. Kemudian saya pun memutuskan untuk pergi secara diam-diam, karena saya rasa kamu hanya menganggap saya orang asing. Inilah resiko teman masa kecil yang saya harus tanggung, sendirian. Hey. Saya rindu. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan keluargamu.

Saya memang nggak ingat jelas tentang mu, tentang masa kecil kamu dan saya saat sedang di Taman Kanak-Kanak, saat masih berada disatu lingkup yang sama. Kalau saja waktu itu ibuku tidak memutuskan untuk pindah rumah, mungkin nggak seperti ini jadinya. Tapi kurasa semua juga tahu, yang namanya kalau memang hanya untuk berangan-angan. ikuti saja alurnya. Biarlah saya menjadi seseorang dibalik layar. Memandangmu dari jauh, menyapamu lewat doa. Biarkan saya coba mengikhlaskan yang tak akan pernah menjadi seperti semula.

Saya memang tak selalu mengikuti jejak hidupmu. Saya hanya tahu beberapa, seperti tempat tinggal, asal SD dan SMP, dan tempat lesmu dulu. Selebihnya saya habiskan waktu 10 tahun ini untuk belajar menjalani hidup. Dan kebenaran tentang masa kecil saya simpan dalam tenang.

Kita berada disatu tempat les yang sama. Seingatku waktu itu kita masih kelas 3 atau 4 Sekolah Dasar. Setiap jam pulang saya selalu tak sengaja melihatmu berjalan di depan saya, beberapa meter. Itu karena arah rumah kita yang sama. Yang berbeda, waktu itu hanya saya nggak berani membuatmu mengingat tentang yang lalu.

Kemarin, nggak sengaja saya scrolling pesan-pesan lama. Ada pesanmu disana. Iseng saja ku buka. Ku lihat postinganmu, ada fotomu bersama seorang perempuan, kurasa ia kekasih barumu, karena wajahnya berbeda dengan yang ku lihat dulu. Postingan ketiga berupa video, kamu berada diliang lahad dan terdengar suara adzanmu, kamu tulis bahwa itu adalah persembahan terakhir. Sontak saja hati saya melemah saat itu juga. Dipostingan kelima, fotomu bersama seorang ibu, aku masih ingat betul wajah ibu yang berada di sampingmu. Tertera pula nama rumah sakit yang khusus untuk menangani satu penyakit. Senyummu yang lebar, tapi matamu sembab. Kamu tak bisa berbohong. Maafkan saya. Melewatkan semuanya begitu saja. Meskipun saya tahu kamu bahkan tak ingat saya dengan jelas. Semoga ia diterima disisinya. Semoga semua yang kamu miliki dan berada di sampingmu saat ini, bisa membantumu menjalani hidup.


Teruntukmu,
Teman masa kecilku, NZ.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Dasar Profesi Kependidikan

Taman Cattleya: Tempat yang Nyaman untuk Bersantai

Serigala di dalam Kamarku / Wolves in My Room #1

Sumber-Sumber Ajaran Agama Islam

Maybe Just Me, They Didn't