Flashback #1
Mari kita kembali ke beberapa bulan lalu. Ku ceritakan lagi bagaimana awal memperhatikanmu. Saat itu aku hanya anak baru yang tak tahu seluk beluk apapun. Waktu itu aku masih anak baru yang selalu menuruti apa yang harus dan tidak aku lakukan, dari kakak tingkatku. Alih-alih tak ingin punya masalah dengan siapapun. Waktu itu sempat ku melihat ada seseorang yang duduk di belakang kelas, ikut mengawasi jalannya kegiatan. Entah kulupa, apakah ia memakai almamaternya atau tidak. Beberapa hari sebelumnya pun begitu, ia ikut melihat jalannya kegiatan, ku pikir dia anak dari mana, sebab hari itu ia tak seperti kakak-kakak yang lain, mengenakan almet. Sejak saat itu aku selalu tidak sengaja melihatnya ada dimana-mana.
Beberapa waktu kemudian, ia dan temannya duduk di depan kelas untuk menjelaskan bagaimana caranya agar bisa mengikuti organisasi fakultas. Ia dengan almetnya dan kaos berwarna hijau tua, ku rasa. Duduk bersila di depan mahasiswa baru. Ia tepat di depan barisan dudukku. Aku yang berada ditempat duduk kedua, tidak langsung berhadapan dengannya, tetapi tidak terhalang saat ia menjelaskan sesuatu. Melihatnya memang biasa saja, karena sejak awal aku memang tidak ingin terlalu peduli dengan siapapun. Satu-satu teman-teman fakultas ku berdiri untuk memperkenalkan diri. Tiba giliranku. Dengan canggung-canggung sedikit, akhirnya ku berdiri.
"Nama saya Alanna, biasa dipanggil Nana. Dari prodi Sastra."
"Nana?" katanya.
"Iya." Jawabku.
"Oke."
Sehari selanjutnya adalah hari terakhir dari kegiatan mahasiswa baru. Sampai malam hari di kampus. Kami semua dibawa ke lapangan rumput untuk melihat penampilan guest star. Dan ternyata ada dia lagi. Kembali ikut mengawasi. Ku rasa dia memang ada dimana-mana atau cuma perasaanku saja. Tak tau lah. Aku masih mencoba tak peduli. "Dek jangan bengong ya" kata kakak-kakak perempuan yang berada disebelahku. Aku berada dipaling belakang saat itu. Padahal aku merasa biasa saja, tapi kakak itu kembali mengingatkan "Dek pokoknya jangan bengong ya, kalo bisa ngobrol aja terus sama temennya."
Tapi karena kakak itu terlalu khawatir, akhirnya dipindakanlah aku dibagian tengah. Dan tak taunyaaaa. Dia lagi. Dia ada di sampingku. Dengan kaos putih memegangi tali yang menjaga jarak dari satu fakultas dengan fakultas lain. Sepanjang penampilan ia dan temannya dan aku dengan teman-temanku asik menikmati lagu yang dibawakan. Ku lihat tangannya masih saja terpaut dengan temannya. "Itu so sweet banget pegangan tangan." Kataku sedikit meledek. "Apa?" Katanya, tak dengar, sedikit menunduk. "Itu so sweet amat pegangan tangan." Kataku mengulang dengan sedikit keras sambil menunjuk tangannya. "Hahahaa iyaaa." Katanya, tertawa.
Beberapa waktu kemudian, ia dan temannya duduk di depan kelas untuk menjelaskan bagaimana caranya agar bisa mengikuti organisasi fakultas. Ia dengan almetnya dan kaos berwarna hijau tua, ku rasa. Duduk bersila di depan mahasiswa baru. Ia tepat di depan barisan dudukku. Aku yang berada ditempat duduk kedua, tidak langsung berhadapan dengannya, tetapi tidak terhalang saat ia menjelaskan sesuatu. Melihatnya memang biasa saja, karena sejak awal aku memang tidak ingin terlalu peduli dengan siapapun. Satu-satu teman-teman fakultas ku berdiri untuk memperkenalkan diri. Tiba giliranku. Dengan canggung-canggung sedikit, akhirnya ku berdiri.
"Nama saya Alanna, biasa dipanggil Nana. Dari prodi Sastra."
"Nana?" katanya.
"Iya." Jawabku.
"Oke."
Sehari selanjutnya adalah hari terakhir dari kegiatan mahasiswa baru. Sampai malam hari di kampus. Kami semua dibawa ke lapangan rumput untuk melihat penampilan guest star. Dan ternyata ada dia lagi. Kembali ikut mengawasi. Ku rasa dia memang ada dimana-mana atau cuma perasaanku saja. Tak tau lah. Aku masih mencoba tak peduli. "Dek jangan bengong ya" kata kakak-kakak perempuan yang berada disebelahku. Aku berada dipaling belakang saat itu. Padahal aku merasa biasa saja, tapi kakak itu kembali mengingatkan "Dek pokoknya jangan bengong ya, kalo bisa ngobrol aja terus sama temennya."
Tapi karena kakak itu terlalu khawatir, akhirnya dipindakanlah aku dibagian tengah. Dan tak taunyaaaa. Dia lagi. Dia ada di sampingku. Dengan kaos putih memegangi tali yang menjaga jarak dari satu fakultas dengan fakultas lain. Sepanjang penampilan ia dan temannya dan aku dengan teman-temanku asik menikmati lagu yang dibawakan. Ku lihat tangannya masih saja terpaut dengan temannya. "Itu so sweet banget pegangan tangan." Kataku sedikit meledek. "Apa?" Katanya, tak dengar, sedikit menunduk. "Itu so sweet amat pegangan tangan." Kataku mengulang dengan sedikit keras sambil menunjuk tangannya. "Hahahaa iyaaa." Katanya, tertawa.
Comments
Post a Comment