Posts

Showing posts from January, 2018

Tak Ada Lagi Bunga yang Tumbuh.

Sehabis lelah hati. Yang tak kunjung. Dapat terobati. Hampir tiga tahun. Memanfaatkan seseorang. Alih-alih bisa termotivasi. Nyatanya hanya membuat beban. Yang tak kunjung berhenti. Lalu ku ikhlaskan sudah. Hujan disore itu. Menandakan. Takkan lagi ada harap. Yang harus dipenuhi. Dua sejoli menampakkan, Kehadirannya. Di bawah pohon rindang. Terhembus angin kencang. Ada hati yang terdiam. Sudah sejak lama. Ku tak mau ikut campur. Karena menurutku. Tak ada yang salah. Antara. Lelaki penebar pesona. Wanita penuh harap. Dan. Ia yang tak tahu apa-apa. Sampai saat ini. Ku pastikan. Tak kan lagi. Kubiarkan. Ada bunga yang tumbuh. Saat kau berkata "Hi" Saat kau mencoba mengulang. Cerita yang sudah bosan, Ku dengar.

Untuk Pertama Kali

waktu itu. dadaku sesak.. jalan tertunduk. ku tahan. agar tak jatuh. ku seka. meskipun tak kuasa. untung ada kau. ku luruhkan tubuh. ku angkat wajah. ku buat percakapan. antar dua pasang bola mata. "Mau nangis." Kataku memastikan. lalu kau peluk aku. dengan erat. tak terbendung lagi. kutumpahkkan. sejadi-jadinya. "Jangan keras-keras." "Nanti yang lain dengar." Katamu berbisik. untuk pertama kalinya. ada yang menenangkan. memelukku. orang lain . yang baru tiga tahun ku kenal. maafkan aku. saat itu. bahkan aku membiarkanmu. untuk tidak tahu. apa yang terjadi. terima kasih. sudah berkenan. mengetahui kebiasaan. menerima sifat-sifat. mendengar ocehan. dari keluhan. bercandaan. sampai nyanyi-nyanyi tak jelas. untukku. mendapatkan sesuatu. yang sangat berarti. dapat menyentuh hati. hanya 1 dari sekian. orang-orang. yang ku temui. jagalah diri. karna. kita tak ada. dilingkup yang sama. lagi. bukan lagi aku. y

Flashback #1

Mari kita kembali ke beberapa bulan lalu. Ku ceritakan lagi bagaimana awal memperhatikanmu. Saat itu aku hanya anak baru yang tak tahu seluk beluk apapun. Waktu itu aku masih anak baru yang selalu menuruti apa yang harus dan tidak aku lakukan, dari kakak tingkatku. Alih-alih tak ingin punya masalah dengan siapapun. Waktu itu sempat ku melihat ada seseorang yang duduk di belakang kelas, ikut mengawasi jalannya kegiatan. Entah kulupa, apakah ia memakai almamaternya atau tidak. Beberapa hari sebelumnya pun begitu, ia ikut melihat jalannya kegiatan, ku pikir dia anak dari mana, sebab hari itu ia tak seperti kakak-kakak yang lain, mengenakan almet. Sejak saat itu aku selalu tidak sengaja melihatnya ada dimana-mana. Beberapa waktu kemudian, ia dan temannya duduk di depan kelas untuk menjelaskan bagaimana caranya agar bisa mengikuti organisasi fakultas. Ia dengan almetnya dan kaos berwarna hijau tua, ku rasa. Duduk bersila di depan mahasiswa baru. Ia tepat di depan barisan dudukku. Aku yang

Satu yang Terlewatkan Olehku

Hampir 10 tahun nggak ketemu. Kamu pun sudah nggak ingat saya. Pernah saya coba menghubungimu 2 tahun lalu. Saya pun memperkenalkan diri lagi. Sempat saya lihat beberapa postinganmu. Ada fotomu sedang bersama kekasihmu dan fotomu bersama teman-temanmu. Senyummu yang mengembang. Saya pikir hidupmu sedang bahagia-bahagianya dengan teman-temanmu yang sekarang. Kemudian saya pun memutuskan untuk pergi secara diam-diam, karena saya rasa kamu hanya menganggap saya orang asing. Inilah resiko teman masa kecil yang saya harus tanggung, sendirian. Hey. Saya rindu. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan keluargamu. Saya memang nggak ingat jelas tentang mu, tentang masa kecil kamu dan saya saat sedang di Taman Kanak-Kanak, saat masih berada disatu lingkup yang sama. Kalau saja waktu itu ibuku tidak memutuskan untuk pindah rumah, mungkin nggak seperti ini jadinya. Tapi kurasa semua juga tahu, yang namanya kalau memang hanya untuk berangan-angan. ikuti saja alurnya. Biarlah saya menjadi seseor